Litelenjel's Stories

bercerita tentang rasa yang ada

tak terucap, bukan berarti tak dirasa..

Karena kita punya hati. Tempat bebas untuk menduga, berprasangka, berpendapat, merasa, dan memelihara mimpi. Wilayah abu-abu dari semua penilaian benar salah. Teritorial paling aman lagi pribadi. Kotak pandora penuh misteri, berisi hasrat dan rahasia terdalam.

Dan inilah kisah cerita hatiku. Isi benak dan pikiranku. Tentang aku, kamu, dan sekitar.

Sudahkah Aku Berterimakasih Padamu?

Aku tak punya bilangan yang pasti
Mungkin banyaknya sama dengan buih air yang menjadi awan abu-abu pagi ini
Atau mungkin, lebih banyak dari gemerlap kerlip bintang langit malam pekan lalu
Mungkin, lebih banyak lagi dari itu semua..

Jumlah kata untuk mengungkapkan terimakasih, telah ada dalam cerita hidupku..
Terimakasih sudah memberi warna pada setiap pelangi yang hadir
Terimakasih sudah mengusir segala gundah gulana yang kadang melanda

Terimakasih sudah menjadi sahabat dalam segala cuaca, selalu di sisi menemani.. ❤️

Sampai Kapan Kita Sama-sama

Hari berganti
Waktu berlari
Usia menua
Kita bertumbuh

Aku bukan lagi yang kemarin,
Dan kamu tak seperti dulu..

Banyak cerita terlewati
Banyak konflik kita lalui
Bahasa kita mungkin kini tak sama
Cinta dan kasih sayang makin terkikis
Mereka seakan tak punya harga lagi

Apakah kau juga berdoa yang sama,
Semoga keajaiban ada,
Untuk kita bisa selalu sama-sama..

Ataukah malah kau berharap,
Semoga kita jangan pernah lagi bersama..

Jalan kita masih satu lajur yang sama..
Entah kapan ada persimpangan jalan,
Yang di sana kita akan mengucapkan selamat tinggal..

Apa di Sana Ada Aku?

Di Pasar Minggu aku menunggu
Kamu, laki-laki berbaju biru
Lama kita tak bertemu..

Bagaimana aku dalam ingatanmu?
Apa di sana ada aku?

Hampa Tanpamu

Aku hampir lupa bagaimana pernah merasa. Bagaimana cara tersenyum dan berkawan dengan tawa. Aku mengeja kata rindu dengan namamu.

Hari berlalu sebanyak bilangan bintang di langit malam. Tak ada lagi kamu. Waktu berganti begitu senyap. Hambar tanpa emosi. Aku rindu kita.

Aku lupa. Aku mati rasa. Aku hampa.

Surat Paling Sedih

SURAT PERPISAHAN

Saudaraku,
Aku akan pulang…

Sudah hari ke-20 lebih aku bertamu, namun seringkali aku ditinggal sendirian.

Walau sering dikatakan istimewa namun perlakuanmu tak luar biasa.

Oleh-olehku nyaris tak kau sentuh…

Alquran hanya dibaca sekilas, kalah dengan update status smartphone dan tontonan.

Shalat tak lebih khusyu, kalah bersaing dengan ingatan akan lebaran.

Tak banyak kau minta ampunan, karena sibuk menumpuk harta demi THR dan belanjaan.

Malam dan siang mu tak banyak dipakai berbuat kebajikan, kalah dengan bisnis yang sedang panen saat Ramadhan.

Tak pula banyak kau bersedekah, karena khawatir tak cukup buat mudik dan liburan.

Saudaraku, aku seperti tamu yang tak diharapkan. Hingga, sepertinya tak kan menyesal kau kutinggalkan.

Padahal aku datang dengan kemuliaan, seharusnya tak pulang dengan kesiaan.

Percayalah, Aku pulang belum tentu kan kembali datang…
Sehingga seharusnya kau menyesal telah menelantarkan.

Masih ada beberapa hari kita bersama,
Semoga kau sadar sebelum aku benar-benar pulang…

Saudaramu,
RAMADHAN

———————————————-

Jangan pergi dulu, Ramadhan..
Bagaimana nasibku selepasmu 😭😭😭

The Other Me

Konon katanya, tak kenal maka tak kan sayang. Mari kita berkenalan dan melihat sisi lain dari aku, lebih dekat lagi..

Keep in touch!