Litelenjel's Stories
bercerita tentang rasa yang adatak terucap, bukan berarti tak dirasa..
Karena kita punya hati. Tempat bebas untuk menduga, berprasangka, berpendapat, merasa, dan memelihara mimpi. Wilayah abu-abu dari semua penilaian benar salah. Teritorial paling aman lagi pribadi. Kotak pandora penuh misteri, berisi hasrat dan rahasia terdalam.
Dan inilah kisah cerita hatiku. Isi benak dan pikiranku. Tentang aku, kamu, dan sekitar.
Hug Hug Hug
Gemerisik rindu,
Sayupnya sendu..
Bersenandung merdu,
Menelisik kalbu..
Segala menjelma biru..
Semua terasa beku..
Mungkin,
satu pelukan dapat mengobati ❤
Aku di Sini
Jika dunia serasa gelap,
Jika keadaan tak sesuai rencana,
Jika beban terasa begitu berat,
Coba ingatlah aku..
Aku akan ada di sini,
Selalu di sini..
Aku, yang jatuh cinta padamu
Pada segala kekuranganmu
Pada semua kekakuanmu
Pada sejarah dan masa lalumu..
Aku, selalu siap di sini..
Menemani berdansa
Memberikan tawa
Melukiskan senyum
Menyiapkan pelukan
Tak akan kemana,
Aku di sini..
Tidak Saja, Titik.
Bukan sekarang
Tidak di sini
Tapi nanti..
Akan ada waktunya
Ketika saatnya tiba
Dan jika tak pernah terjadi
Tak mengapa
Tak ada sesal
Tak bermusuhan
Bukan sekarang
Tidak di sini
Aku Rindu
Di senja yang sama,
Kali ini aku sendiri
Hanya secangkir kopi
Dan hangatnya hati
Tak ada bola mata coklat yang menatap penuh cinta
Tanpa senyum nakal dengan alis terangkat
Tak bersama segala ocehan teorimu yang belum pernah teruji
Hanya jendela ini
Masih dengan tirai yang sama
Hanya sedikit lebih berdebu
Di sini,
Kali terakhir aku menatapmu
Punggung tempatku bersandar
Pergi semakin menjauh
Kapan kau pulang?
Aku rindu
Berkaca Dululah
”
Kita mudah berkata, karena kita tak pernah berkaca.
Andai kau lihat pantulan dalam cermin. Pasti kau diam seribu kata.
Malu. Tak pantas.
”
– @Litelenjel
Itu Kamu, Bukan Aku
Jiwa yang kerdil
Tak mengerti artinya kawan
Tak ada banyak cinta dalam hatinya
Tak punya filter dalam lisannya
Tujuannya satu,
Menyakiti siapa pun
Agar menjadi seperti dirinya
Kecil, dan tak berarti..
Bagaimana mungkin sang pendosa menghakimi?
Bagaimana bisa yang tak punya hati memberi fatwa?
Teringat semua ucapan dari mulut sumbangmu. Pantas begitu keji. Susunan kata berasal dari hati penuh kebencian.
Pantas tak sesuai. Karena yang kau perbincangkan sesungguhnya adalah tentang dirimu sendiri. Bukan aku.
Pantas tak sampai ke hati. Karena kau tak pernah tulus. Karena semua hanya rekayasa.
Taukah kamu?
Laku dan ucapmu meninggalkan sayatan dalam jiwa
Munafik,
Bagaimana caranya kau dapat tidur dengan tenang?
