Yang dulu menggebu, kini jadi debu.
Tak ada lagi tutur lugu, yang ada hanya ingatan pengundang pilu.
Sewindu yang semu. Ditutup dengan luka dan sendu.
Memang sepatu tak akan mungkin bersatu. Aku pun sangat tau itu.
Tapi.. Tak bisa kah hanya berlalu?
Mengapa sih, pakai menipu? Mengapa harus melukiskan biru?
Dendam apa yang kau buru?