Aku kira kamu baik. Aku selalu mengira kamu sebaik yang kamu ucapkan.
Aku kira kamu tulus. Aku selalu berharap kamu setulus yang kamu lakukan.
Aku tak marah kalau nyatanya, selama puluhan purnama ini kamu diam-diam ada agenda lain.
Aku hanya kecewa. Kecewa mendalam. Mengakar hingga ke dasar hati. Ada luka besar di sana.
“Bagaimana mungkin..”
“Bagaimana bisa..”
Kata-kata itu masih suka bergumam dalam benak. Iya, aku masih tak percaya.
Lelaki hebatku. Sahabat di segala cuacaku. Tak sebaik dan setulus yang aku sangka.
Aku kira, jika sudah berikan segala yang terbaik, akan dibalas hal serupa. Tapi nyatanya, aku hanya sampah bagimu.
Dimanfaatkan habis-habisan, dirusak, lalu dibuang. Sama seperti yang sudah-sudah.
Siapa yang menyangka, dibalik mata cokelat yang teduh itu, tersimpan banyak siasat. Ada otak yang sangat licik.
Aku ingin tau.. Bagaimana caramu bisa tidur tenang setiap malam? Tak ada rasa bersalah sedikit pun?