Select Page

Hari ini aku mengingatmu.

Tak ada lagi air mata dan emosi. Hambar. Tak ada rasa apa-apa.

Sudah tak ada penyesalan lagi.

Aku sadar, aku yang memilih untuk menjadi orang baik. Aku memilih untuk menjadi orang yang penuh maklum dan pemaaf. Aku memilih untuk menjadi dia yang selalu berprasangka baik.

Aku yang berkuasa untuk menyuguhkan segala hal paling baik yang dipunya. Aku yang memutuskan untuk jadi yang terbaik.

Jika jalan cerita mempertemukanku dengan makhluk brengsek sepertimu, itu namanya takdir. Dan aku menerimanya.

Meski setengah mati tak percaya, di dunia ini ada manusia yang begitu licik. Ya, kamu.

Bagiku, sekarang kau hanyalah pelajaran hidup. Sebagai contoh nyata.

Bahwa ada ciptaan-Nya, yang bernafas dan berjalan di muka bumi, tapi tanpa hati. Penyembah dunia, dengan segala tipu dayanya.

Bertopeng pesona untuk menjerat, memperalat, menguras habis energi, hanya demi pencapaian semu.

Bagiku, sekarang kau hanyalah pelajaran hidup. Sungguh kasihan manusia sepertimu.

Harus selalu menipu dan berdusta sepanjang usia. Munafik. Benalu.

Aku rasa, dirimu sendiri tak bisa membedakan mana yang betulan atau rekayasa.

Mungkin, dirimu sendiri pun selalu curiga kalau kamu perdaya.

Mungkin dirimu sendiri tak bisa percaya padamu.

Kasihan.